Keadaan ekonomi yang kurang mencukupi, membuat wanita
separuh baya ini bekerja keras. Duduk di bawah pohon rindang tiap harinya,Nariyah
begitu namanya dengan setia menunggu para pembeli datang.
Saat ingin di wawancara, ia menyambut dengan hangat dan
senyuman. Sesekali wanita paruh baya itu melempar senyuman dan tawa kecil. Wanita
yang bertempat
tinggal di gang asem ini sudah bertahun – tahun berdagang kerupuk di kawasan
Universitas Tarumanagara. Duduk sendiri termenung menjadi kegiatan sehari – harinya dalam
menjajakan dagangannya tersebut. Sesekali datang beberapa mahasiswa untuk
membeli makanan yang ia jual. Dengan tangan terbuka ia melayani setiap pembeli yang datang
menghampirinya. Memiliki fisik yang kurang sempurna, matanya
mengalami sedikit gangguan dalam penglihatan tidak
mengurangi semangatnya dalam mencari nafkah.
Saat di tanya berapa penghasilan yang biasa ibu Nariyah
dapat, ia menjawab biasa menjual sekitar
antara 20 - 50 bungkus kerupuk per hari. Tidak hanya kerupuk saja yang ia jual,
tetapi juga keripik singkong dan makaroni. Tiap bungkusnya di jual dengan harga
yang berbeda. Makaroni dan kerupuk di jual dengan harga 3000 rupiah, sedangkan
keripik singkong di jual dengan harga 5000 rupiah per bungkusnya. Ia juga
menambahkan bahwa barang dagangannya tersebut ada yang ia ambil dari orang
untuk di jual lagi ada pula yang ia buat sendiri. Jika sedang ramai, biasanya
dagangan yang dibawanya tersebut habis
terjual dan memperoleh keuntungan yang lumayan.
Nariyah biasa ia dipanggil ini mengaku berjualan kerupuk
ini untuk memenuhi kebutuhan sehari –
hari. Wanita yang memiliki delapan anak ini mampu menyekolahkan seluruh anaknya
hingga lulus Sekolah Menengah Atas. Ia memiliki empat anak perempuan dan
sisanya laki – laki. Ia membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan anak –
anaknya. Kini, ia hanya tinggal dengan empat orang anak laki – lakinya, karena
empat orang anak perempuannya sudah menikah. Kehidupan keluarganya kini sudah
mulai di topang dengan ketiga anak laki
– lakinya yang sudah lulus sekolah menengah dan mendapat sebuah pekerjaan.
Sedangkan anak bungsunya yang juga laki – laki sedang berusaha mencari
pekerjaan.
Meskipun penghasilan yang ia dapatkan tidak seberapa,
namun ia mampu menyekolahkan kedelapan anaknya hingga lulus sekolah menengah
atas. Dengan penghasilan seadanya yang Nariyah dan anak – anaknya dapatkan saat
ini, ia dan keempat anaknya yang masih tinggal bersama dalam satu atap masih
mampu bertahan hidup hingga saat ini di
tengah kerasnya kota Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar