4 Januari 2013

Wanita Separuh Baya Penjual Kerupuk



Keadaan ekonomi yang kurang mencukupi, membuat wanita separuh baya ini bekerja keras. Duduk di bawah pohon rindang tiap harinya,Nariyah begitu namanya dengan setia menunggu para pembeli datang.
Saat ingin di wawancara, ia menyambut dengan hangat dan senyuman. Sesekali wanita paruh baya itu melempar senyuman dan tawa kecil. Wanita yang  bertempat tinggal di gang asem ini sudah bertahun – tahun berdagang kerupuk di kawasan Universitas Tarumanagara. Duduk sendiri termenung  menjadi kegiatan sehari – harinya dalam menjajakan dagangannya tersebut. Sesekali datang beberapa mahasiswa untuk membeli makanan yang ia jual. Dengan tangan terbuka  ia melayani setiap pembeli yang datang menghampirinya. Memiliki fisik yang kurang sempurna, matanya mengalami sedikit gangguan dalam penglihatan tidak mengurangi semangatnya dalam mencari nafkah.
Saat di tanya berapa penghasilan yang biasa ibu Nariyah dapat, ia menjawab biasa menjual  sekitar antara 20 - 50 bungkus kerupuk per hari. Tidak hanya kerupuk saja yang ia jual, tetapi juga keripik singkong dan makaroni. Tiap bungkusnya di jual dengan harga yang berbeda. Makaroni dan kerupuk di jual dengan harga 3000 rupiah, sedangkan keripik singkong di jual dengan harga 5000 rupiah per bungkusnya. Ia juga menambahkan bahwa barang dagangannya tersebut ada yang ia ambil dari orang untuk di jual lagi ada pula yang ia buat sendiri. Jika sedang ramai, biasanya dagangan yang dibawanya tersebut  habis terjual dan memperoleh keuntungan yang lumayan.
Nariyah biasa ia dipanggil ini mengaku berjualan kerupuk ini untuk memenuhi  kebutuhan sehari – hari. Wanita yang memiliki delapan anak ini mampu menyekolahkan seluruh anaknya hingga lulus Sekolah Menengah Atas. Ia memiliki empat anak perempuan dan sisanya laki – laki. Ia membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan anak – anaknya. Kini, ia hanya tinggal dengan empat orang anak laki – lakinya, karena empat orang anak perempuannya sudah menikah. Kehidupan keluarganya kini sudah mulai di topang  dengan ketiga anak laki – lakinya yang sudah lulus sekolah menengah dan mendapat sebuah pekerjaan. Sedangkan anak bungsunya yang juga laki – laki sedang berusaha mencari pekerjaan.
Meskipun penghasilan yang ia dapatkan tidak seberapa, namun ia mampu menyekolahkan kedelapan anaknya hingga lulus sekolah menengah atas. Dengan penghasilan seadanya yang Nariyah dan anak – anaknya dapatkan saat ini, ia dan keempat anaknya yang masih tinggal bersama dalam satu atap masih mampu bertahan hidup  hingga saat ini di tengah kerasnya kota Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar