Fajar dan Andini dua sahabat yang akhirnya saling
jatuh cinta. Mereka di pertemukan ketika bersekolah di Bandung. Fajar seorang
pria yang berasal dari Jakarta ini memiliki postur tinggi,rambut ikal hitam,
kulit putih, hidung mancung pokoknya idaman para wanita. Begitu juga Andini
wanita cantik asal Bandung ini bertubuh langsing, putih dan memiliki rambut
lurus yang juga menjadi idola para lelaki.
Sore itu langit mendung, Fajar duduk terdiam di
depan kamar kosannya, rasa lapar melandanya, maklum anak kosan uangpun pas
–pasan. Tanpa di sangka tiba-tiba Andini yang saat itu masih berstatus sahabat
datang. “Fajaaarrr .. lihat ini yang guw bawa ... “ teriak Andini menggemparkan
seluruh isi kos. “Bawa apa sih emangnya ?” Jawab Fajar sambil melirik kantong
kresek yang di bawa Andini.
“Semur jengkol. Ayam kecap, ikan asin, lalapan sama
sambel.” Timpa Andini sembari mengeluarkan makanan dari dalam plastik.
“Wooowww . . makan – makan.” Ucap Fajar gembira
Sore itu mereka habiskan waktu bersama. Tawa dan
candanya memecahkan keheningan lorong – lorong kos yang sepi.
***
Dikampus, mereka kuliah di fakultas yang berbeda
. Fajar di seni rupa dan Andini di
psikologi. Sebagai anak psikologi semester akhir, Andini tahu benar wajah –
wajah yang sedang memiliki masalah hingga wajah orang – orang yang sedang
galau.
Duduk di sebuah taman kampus, di bawah pohon
rindang, wanita yang memiliki bola mata berwarna coklat ini asik membaca buku.
“huft . . “ hela nafas Fajar yang tiba – tiba datang dan duduk di samping
Andini . “hey .. any problem with you ? kusut banget muka lo.” tanya Andini .
“gue ke terima beasiswa kuliah di Spanyol.” Jawab
Fajar.
“Loh bagus dong kalau begitu ? harusnya lo seneng
dapat beasiswa itu, bukannya malah kusut kaya baju yang belum di setrika.hahaa
.” Ucap Andini dicampur dengan canda.
“Bukan gitu, masalahnya kita akan jauh, susah
berkomunikasi apalagi bertemu. Spanyol bukan negara yang dekat, dan guw di sana
ga cuma sehari dua hari, tapi bertahun – tahun”. Timpa Fajar. Matanya menatap
tajam ke mata Andini. “Besok guw akan balik ke Jakarta untuk mengurus semua
keperluannya dan lusa guw akan ke Spanyol” Tambah Fajar.
“Secepat itukah ?” Tanya andini dengan mata berkaca
– kaca.
“Bokap bilang makin cepat di urus akan lebih baik,
dan guw udah beli tiket kereta untuk besok sore. Guw tunggu lo nanti malam di
bukit bintang. Dan guw harap lo bisa datang.” Dengan mata berbinar dan memegang
tangan Andini, Fajar berkata.
***
Waktu tepat pukul 5 sore, Andini dengan sergap
membuka lemari dan mengacak – acak memilih baju mana yang akan ia kenakan.
Matanya tertuju pada satu gaun cantik berwarna putih. Diambilnyalah syal
berwarna merah jambu dan di kenakan di leher mungilnya. Segera ia menuju meja
rias dan merias wajahnya. Bibirnya merah merona, cantik bak bidadari yang jatuh
kayangan.
Ditempat lain, Fajar meyiapkan segala sesuatunya.
Diambilnyalah jaket jeans berwarna biru, lalu mengelap sepatunya. Buru – buru
ia meraih kunci motornya dan mengendarainya hingga tempat yang dituju.
***
Tepat pukul 7 malam, pria yang memiliki hobi maen
basket ini sampai duluan. Dua buah kursi
berwarna coklat yang terbuat dari kayu alami dan satu meja di tengahnya yang
telah diletakkan sebuah lilin kecil sudah di siapkannya. Yaa Fajar ingin
mengajak Andini dinner malam itu.
Terlihat di kejauhan seorang wanita cantik dengan
gaun putihnya turun dari taxi. Tidak lain dan tidak bukan dia adalah bidadari
itu. Andini kaget dan terkesima melihat semua ini. Ia tidak percaya bahwa fajar
yang ia kenal selama ini adalah salah satu orang yang jauh dari kata romantis.
Namun malam itu ia mampu melakukan ini semua.
“ini semua buat guw ?” Tanya Andini kaget.
“Iya. Mari duduk.” Fajar mempersilahkan Andini
duduk
Malam itu berasa berbeda Andini merasa ini bukanlah
Fajar yang ia kenal. Fajar yang ia kenal selalu menceritakan tentang apa saja
yang terjadi pada setiap harinya. Yaa tapi ia mengabaikan perasaan itu, ia
menganggap mungkin malam itu Fajar ingin lebih serius.
***-
Seusai makan malam, mereka habiskan dengan canda
tawa seperti biasanya. “malam ini kamu benar – benar cantik. Berasa di temani
oleh seorang peri.” Canda Fajar memecahkan keheningan malam.
“Jadi selama ini guw ga cantik gto ? hahahaa.”
Timpa Andini
Seketika wajah Andini terlihat gugup. Jantungnya
berdetak kencang ketika tangan diraih oleh Fajar. Ia hanya berharap detak
jantungnya tidak terdengar oleh sahabatnya itu.
Dengan wajah serius Fajar mengutarakan perasaannya
kepada Andini. “ Tiga tahun kita bersama,dan baru kali ini guw mampu melakukan
hal seperti ini. Mungkin ini malam terakhir pertemuan kita.Besok guw akan ke
Jakarta dan lusa terbang ke Spanyol. Selama ini guw selalu menceritakan
kecintaan guw pada seni, kecintaan guw pada basket, kecintaan guw pada motor
tapi, guw ga pernah cerita satu kecintaan guw .”
“Kecintaan apa yang belum lo ceritain ?” Tanya
Andini penasaran.
“Kecintaan guw pada diri lo.” Jawab fajar sambil
menatap mata indah wanita yang berdiri tepat di depannya.
Kaget, gugup, ga nyangka semua perasaan itu
berkumpul campur aduk di diri Andiri. Mukanya memerah. Tingkahnya menjadi salah
tingkah dan bingung apa yang harus ia katakan.
Berarti mulai malam ini ga ada lagi kata guw dan
lo. Yang ada hanya kita, aku dan kamu anya kita berdua.” Ucap Andini dengan
senyum manisnya.
“iya hanya ada kita.aku dan kamu. Kalau begitu
mulai sekarang kita kalau ngomong pakai aku dan kamu ya. Aku titip ini ya.”
Tambah Fajar
“Kura – kura ?” tanya Andini heran.
“iya, aku titip sepasang kura – kura ini sama kamu
ya. Udah sebulan aku memelihara kura – kura ini. Jaga kura – kura ini baik –
baik.” Jawab Fajar Dengan senyum lebar.
“Aku akan selalu menunggu kamu Pangeran Kura – Kura
.” Ucap Andini.
“ Me too. Thank you Princess And.” Ucap Fajar
dengan tawa kecil.
***
Andini mengantarkan Fajar hingga ke stasiun kereta.
Matanya tak dapat menahan rasa sedih. Airmata mengalir deras di pipi mulusnya.
Entah kenapa hari itu iya merasa sangat berat melepas kepergiannya ke Jakarta.
Fajar dengan sigap memluk erat tubuh Andini. Airmatanya tak terbendung lagi
begitu juga dengan Fajar. Erat Andini memeluk Fajar. Dengan nada pelan Fajar
berbisik “aku akan segera kembali, untuk kamu Princess And.” Ucap Fajar dengn
sedikit rasa haru.
“aku akan menjemput kamu kembali di stasiun ini
Pangeran kura –kura ku.” Jawab andini dengan nada tersendat – sendat.
Kereta hampir jalan, sebelum kereta itu jalan, kaki
Fajar sudah menyentuh gerbong kereta. Iya duduk di pinggir sebelah kaca.
Matanya terus memandangi Andini yang masih terus mengeluarkan air mata. “Aku
akan terus menunggu kamu pulang. Selalu dan selalu.” Ucap Andini sambil melepas
keberangkatan kereta itu dan beranjak pulang dari stasiun.
***
Sesampainya di kamar kosannya, Andini masih belum
bisa menahan rasa sedih hatinya. Sepi yang ia rasakan. Andiri membaringkan
tubuhnya ke atas kasur sembari melihat langit – langit kamarnya yang terhias
oleh tempelan bintang – bintang bersinar. Tiba – tiba ia teringat sebuah
rangkaian kata yang di bisikan oleh Fajar untuk dirinya saat di bukit bintang
itu. “Aku akan selalu ada untuk kamu, nyawa aku adalah kamu. Jika suatu saat kita
tidak berjumpa lagi, pergilah kesini keatas bukit bintang ini, teriakan nama ku
sekeras mungkin dan rasakan kehadiran ku di samping kamu.” Untaian kata itu
yang selalu terbesit di otaknya.
“Andiiiniiiii .. buka pintunya”. Itu adalah suara
Mira teman kos Andini.
“Ada apa sih teriak – teriak ?” Jawab Andini.
“cepat ke sini (sambil menarik Andini ke ruang tv)
lihat berita itu.” Timpa Mira.
Darahnya berasa berhenti mengalir, otaknya tiba –
tiba berasa beku, tubuhnya tegang seperti tak bernyawa ketika Andini menonton
berita tersebut. Berita yang menginformasikan tentang kecelakaan kereta api
jurusan Jakarta. Kereta itu terguling, salah satu gerbongnya rusak parah dan di
dalam gerbong itu tidak ada satupun yang selamat yaitu gerbong lima. Andini
teringat bahwa Fajar sempat cerita ia mendapat bangku di gerbong lima. Airmata
mengalir dengan seketika. Pipinya mulai di basahi oleh hujan airmata. Andini
berlari ke kamar meraih handphonenya dan mencoba menghubungi Fajar. Berkali –
kali Andini mencoba menelpon tapi tidak pernah bisa menyambung.
Andini duduk dengan lemas menatap ke layar tv, ia
terus mengikuti kelanjutan beritanya.
Kriinng .. kriinngg .. kriinggg .. handphone Andini
berbunyi “Halo” Sapa Andini
“Andini ini Rio, saya mau kasih kabar kalau Fajar
meninggal dalam kecelakaan kereta itu.”ucap Rio sahabat Fajar.
“Apa ?? Andini kaget handphonenya jatuh, lagi dan
lagi ia tak kuasa menahan kesedihannya. Ia meraung, ia berteriak tidak percaya
hal ini terjadi. Baru semalam ia habiskan waktu bersama di atas bukit bintang,
baru semalam juga ia merasakan apa yang tidak pernah ia rasakan selama ini
ketika bersama – sama dengan Fajar. Buru – buru Andini mengemas barang dan
pergi ke Jakarta untuk melihat Fajar terakhir kalinya.
***
Dipemakaman sudah ramai keluarga, sanak saudara dan
kerabat dari Fajar. Yaa ia emang dikenal sebagai orang yang supel, tidak
memilih milih teman dan ga neko-neko. Hidupnya hanya ia habiskan untuk
seni,basket dan motor kesayangannya, namun setelah bertemu dengan Andini
hidupnya mulai berubah.
Tangisan tak henti mengalir dari mata kerabat
apalagi keluarganya. Kepergiannya begitu mendadak, harapan ayahnya untuk
melihat anaknya sekolah di Spanyol pupus sudah. Yang ada hanya tinggsl
kenangan. Andini terpaku terenung melihat gumpalan tanah coklat yang basah di
depannya. Hatinya masih bertanya – tanya tak percaya. Apa benar yang ada di
dalam itu adalah Fajar ? apa mungkin Fajar masih hidup ? atau jangan – jangan
dia ada di sini dan akan muncul utnuk memberi surprise untuk kita semua ?
Ketika Andini hendak meninggalkan pemakaman,
langkahnya terhenti ketika ia mendengar sebuah suara yang memanggil namanya.
Dia adalah Dimas adik kesayangannya Fajar.
“Ka Andini ya ? ini ada surat dari ka Fajar. Surat
ini ditemukan didalam tas ka Fajar.” Ucap dimas sembari memberikan sehelai
kertas kepada Andini.
“Hai iya saya Andini, kamu pasti Dimas ya adiknya
Fajar ? mirip banget kamu sama dia. Makasih ya.” Ucap Andini
“iya ka sama – sama.” Jawb Dimas dan melangkah
pergi meninggalkan Andini.
Dengan tangan yang gemetar, Andini membuka sehelai
kertas surat tersebut.
“Hai Andini entah kenapa aku pengen banget menulis
surat ini untuk kamu. Saat aku menulis surat ini aku masih berada di dalam
kereta. Aku cuma mau bilang bersamamu aku bahagia.
Jaga kura – kura kita baik – baik ya. Kalau salah satu dari kura – kura itu
mati, berikan lagi satu kura – kura sebagai pengganti pasangannya. Biar
pasangan yang di tinggalkan tidak sendirian dan merasa sepi. Sama jika suatu
saat nanti aku meninggalkan kamu, segeralah cari pengganti diri aku. Biar ada
yang selalu menemani kamu, menjaga dan memberikan keceriaan dalam diri kamu.
Jangan sedih terus ya, lanjutkan hidup kamu. Aku sayang kamu.”
Love you,Andini
Fajar.
Itulah sepetik surat yang Fajar tuliskan untuk
Andini.
***
Sebulan berlalu setelah kepergian Fajar. Andini
masih sering menunggu sebuah keajaiban bilamana Fajar datang. Kini ia mengerti
apa yang di ucapkan malam itu oleh Fajar di atas bukit bintang itu. Itu salah
satu pesan yang ia daptkan dari Fajar. Namun kini ia sadar, ia tidak bisa terus
begitu. Ia harus melanjutkan hidup sesuai dengan pesan terakhir yang Fajar
tulis dalam suratnya .
Sembari membereskan kamar kosannya yang berantakan,
Andini mengambil sepasang kura – kura itu dari sebuah aquarium. Ia memindahkan
kura – kura tersebut ke aquarium yang lebih besar yang baru saja dibelinya.
Dilihatnyalah kura – kura itu sejenak lalu pergi meninggalkannya.
The End ^.^
*Serius ini drama banget. hahahahaa